Jumat, 20 November 2009

MENJADI PEMIMPIN

Tulisan Andrias Harefa

Menjadi Pemimpin

Kita paham bahwa pemimpin tidak dilahirkan dari ruang-ruang kelas. Pengajaran mengenai berbagai konsep tentang kepemimpinan, hakikatnya, gaya-modelnya, atribut-atribut dan sifat-sifatnya, jenis-jenis karismanya, bakat dan talenta yang diperlukan, tentu berguna. Namun, hal menjadi pemimpin bukanlah soal pengetahuan semata. Orang tidak bisa menjadi pemimpin dengan melakukan riset secara online di internet, berapa tahun pun itu dilakukan. Ia harus keluar kelas, beranjak dari kursinya, meninggalkan perpustakaan, dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

Pelatihan kepemimpinan juga akan bermanfaat. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi, jelas perlu. Mengasah kemampuan untuk menunjukkan arah (direction), membagi-bagi peran dan tugas, pasti penting. Menumbuhkan kemahiran dalam memotivasi dan membangkitkan kembali semangat yang terkulai, sangatlah vital. Menajamkan kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat dan berpikir kreatif out of the box, juga tak bisa disangkal arti pentingnya. Tetapi, hal menjadi pemimpin bukanlah soal-soal pelatihan. Sejuta sertifikat dari lembaga-lembaga pelatihan kepemimpinan yang paling terkemuka di bumi ini, tidak otomatis membuat seseorang menjadi pemimpin.

Jika pengajaran dan pelatihan kepemimpinan merupakan syarat perlu, tetapi belum memadai, maka unsur apalagi yang penting dan harus ada agar orang menjadi pemimpin? Apakah unsur yang justru esensial dan vital dalam proses membentuk seseorang menjadi pemimpin?
Studi dan pengalaman saya yang terbatas menunjuk pada satu hal sederhana: pendidikan. Untuk menjadi pemimpin seseorang perlu mengalami proses pendidikan. Artinya, ia mengalami proses pemanusiawian dirinya sendiri secara berkelanjutan. Ia perlu menemukan contoh-contoh yang dijadikannya panutan; dan ia sendiri bertanggung jawab untuk membentuk dirinya agar mengalami proses transformasi menjadi teladan-contoh-panutan bagi lingkungan konstituennya. Ia harus menjadi manusia transisi, kata Stpehen R. Covey. Menjadi pemimpin, kata Warren Bennis, adalah menjadi diri sendiri yang otentik.

Jadi, hal menjadi pemimpin memerlukan kelengkapan dari proses pendidikan, proses pengajaran, dan proses pelatihan. Di antara ketiga proses tersebut, pendidikan adalah jiwanya, spiritual aspeknya. Dan jiwa atau spiritualitas pemimpin tidak berasal dari kelas-kelas pelatihan atau buku-buku yang berisi pengajaran luar biasa. Jiwa pemimpin berpijak pada realitas hidup lingkungannya; realitas hidup konstituen dengan segala masalah dan potensinya. Dan realitas itulah yang ingin diubahnya; ingin ia bentuk-ulang sehingga menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkebudayaan, lebih berkeadilan, lebih sejahtera, lebih berkesesuaian dengan hakikat, harkat, dan martabat kemanusiaan. Singkatnya, lebih sesuai dengan visi sang pemimpin.

Spirit Perubahan

Dalam konteks mikro, sebuah organisasi yang tidak menumbuhkan spirit perubahan adalah organisasi yang masa depannya terancam. Perusahaan yang semangat inovasinya melempem tidak akan bertahan sebagai perusahaan terkemuka dalam jangka panjang. Sebab spirit perubahan dan semangat inovasi adalah sekadar pertanda hadirnya pemimpin dalam organisasi terkait. Tanpa hal itu, pemimpin tidak hadir, tidak eksis. Yang ada hanyalah pejabat, pemangku jabatan. Yang berperan adalah manajer, pengelola yang memuja efisiensi. Yang eksis adalah bos, pemberi instruksi dengan senjata reward and punishment.
Spirit perubahan, yang merupakan hakikat pendidikan sejati, adalah inti dari ”bisnis” pemimpin. Ia menggerakkan orang untuk melakukan perubahan. Entah itu dalam perubahan yang bersifat evolutif-gradual-perlahan; perubahan dengan kecepatan menengah-reformatif-parsial; atau perubahan yang bersifat radikal-revolusioner-total. Entah perubahan untuk membuat sesuatu menjadi lebih besar (bigger), lebih tinggi (higher), lebih baik (better), lebih kuat (stronger), lebih cepat (faster), lebih mudah (easier, friendlier), dan sebagainya. Entah itu menyangkut kinerja produksi, kinerja penjualan dan pemasaran, kinerja keuangan, atau kinerja perusahaan secara keseluruhan, kepuasan konsumen, pertumbuhan pangsa pasar, profit margin, dan sebagainya.
Pembawa Perubahan

Karena perubahan adalah inti bisnis pemimpin, maka menjadi pemimpin berarti bergaul di lingkungan pendobrak status quo (kemapanan). Para pembawa perubahan yang anti kemapanan ini bisa dikelompokkan menjadi empat.

Pertama, orang-orang muda yang baru keluar dari pelatihan. Mereka telah mempelajari sejumlah hal namun belum pernah mempratikkannya. Keluguan dan kurangnya pengalaman justru menjadi keunggulan mereka. Albert Einstein dalam bidang sains, Fred Smith dengan Federal Express, dan Steve Jobs-Steve Wozniak dengan Apple-nya, pernah mewakili kelompok ini.

Kedua, orangtua yang pindah bidang kegiatannya (shifting field). Karena baru pindah bidang, orang-orang model ini belum terkontaminasi dengan apa yang ”bisa” dan ”tidak bisa” dlakukan dalam bidang yang baru dimasukinya. Mereka akan menerobos saja pakem-pakem lama, dan kemudian mencatatkan hal-hal baru. Alex Mueller, fisikawan yang mulai menggeluti super konduktor di usia lanjut; Edward Deming, ahli statistik yang kemudian berkecimpung di dunia manufaktur di usia lanjut, sehingga melahirkan gerakan Total Quality Management (TQM); dan Bill Weimer, sarjana fisika yang beralih rupa dari seorang ahli teknik menjadi ahli pemasaran di IBM; adalah beberapa contoh legendaris dari kepeloporan orang-orang gerusia di atas 40 tahun yang pindah bidang.

Ketiga, orang-orang lama yang nyentrik dan tidak konvensional. Mereka biasanya dikenal karena tidak disiplin, susah diurus, suka mengajukan pertanyaan kepada manajemen. Paul Garvin, pendiri Motorola, membawa radio dari ruang keluarga menjadi radio mobil; Robert Galvin, mengeluarkan Motorola dari bisnis elektronik konsumen lalu memasuki produksi chip terpadu; kedua ayah-anak itu tidak takut menerobos peraturan-peraturan untuk membawa perusahaannya berkembang.

Keempat, pelaksana lapangan. Mereka tidak mengetahui apakah masalah yang mereka hadapi khusus atau generik; mereka hanya tahu bahwa masalah harus dipecahkan agar tugas mereka selesai. Spread sheet elektronik dan sistem switch telepon ditemukan oleh pelaksana lapangan semacam ini.

Jadi, untuk menjadi pemimpin yang membawa perubahan, bergaullah dengan orang-orang muda yang masih fresh graduate; ajak bicara orangtua yang beralih bidang pengabdian; dengarkan pandangan orang-orang nyentrik yang tidak konvensional dalam perusahaan; dan sering-seringlah turun ke bawah untuk berbicara dengan pelaksana lapangan. Semoga.


Andrias Harefa; Penggagas Visi Indonesia 2045; Trainer Coach Berpengalaman 20 Tahun; Penulis 35 Buku Best-seller. Beralamat di www.andriasharefa.com/ dan aharefa@gmail.com. Tulisan ini sudah dimuat di Bisnis Indonesia Minggu edisi 9 Agustus 2009.

Tulisan-tulisan Andrias Harefa sangat bagus, memberikan inovasi pemikiran, dan karena itu saya pikir cukup tepat membaginya kepada teman-teman... terutama mereka yang bergerak di wilayah pendidikan non-formal, juga kawan-kawan yang memerlukan pemberdayaan diri.

Selasa, 10 November 2009

Finally ....

Ya....akhirnya, kami memiliki komputer!!!
Kabar ini dari temen2 di Code, yang mengelola pustaka kampung, perpustakaan komunitas di code utara, bahwa komputer sumbangan dari Australia sudah datang. Yah, senenag sekali rasanya, meski saya pribadi sebagai yang nulis ini belum melihatnya karena lagi di luar jangkauan code utara. Tapi... senang dong. Terimakasih untuk kawan-kawan dari Australia... em, lupa aku namanya... yang sudah mengusahakan bantuan komputer. juga yang dulu telah memberi beberapa buku untuk kami nikmati.

Kami berharap komputer ini memiliki makna yang lebih daripada sekadar kemewahan... artinya, saya pribadi mengharapkan teman2 di luar code untuk berkenan membantu keberlanjutan kegiatan kami di code utara, semisal memberi pelatihan maupun mengawal temen2 muda-mudi code utara agar bisa lebih berkembang.

Sampai saat ini, SDM di code utara sendiri masih belum dikembangkan karena kurangnya dukungan dari pihak-pihak lain yang memiliki kapasitas untuk memberi penguatan kepada kegiatan komunitas di sana. Ok, mari berubah kepada yang lebih baik!!!

Rabu, 28 Oktober 2009

MAKIN CERDAS

Beriku ini tulisan Andreas Harefa

Makin Cerdas

Menulis itu sudah jelas merupakan salah satu cara meningkatkan kecerdasan. Setiap kali saya menyelesaikan sebuah tulisan, kecerdasan saya meningkat sekian derajat. Dan semakin sering saya menulis, maka kecerdasan dalam berbahasa, kecerdasan dalam aspek intrapersonal (tahu diri), interpersonal (tahu orang lain), kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan berbagai kecerdasan lainnya terus berkembang tanpa henti.

Bagaimana saya tahu bahwa kecerdasan saya berkembang dan meningkat? Sederhana saja. Ketika saya mulai menulis artikel dan buku-buku di tahun 90-an, saya banyak sekali melakukan kesalahan. Lalu saya menulis lagi dan melakukan kesalahan lagi. Lalu saya menulis lagi dan melakukan kesalahan lagi. Kesalahannya masih tetap ada, bahkan sampai sekarang. Tetapi semakin jarang dan semakin jarang dan semakin jarang. Bukankah itu berarti saya semakin cerdas?

Jadi, ada kalanya saya memandang kawan-kawan yang enggan menulis sebagai orang-orang yang enggan meningkatkan kecerdasannya. Mereka senang bertahan dalam kubangan yang menggerogoti kecerdasannya. Saya sungguh khawatir bahwa pada suatu titik nanti mereka akan dianggap bodoh oleh lingkungannya, bahkan oleh cucu-cicit mereka sendiri.

Kalau ingin makin cerdas: menulislah

Andrias Harefa. Penulis 35 Info pelatihan penulis telepon 021-460 5757: 0815 8963 889; www.andriasharefa.com

Selasa, 27 Oktober 2009

Quotes

“Membaca dapat menghindarkan seseorang terserang demensia (penyakit rusaknya jaringan saraf otak).”
DR. C. EDWARD COFFEY

“Menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam yang traumatis akan menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan yang lebih positif, dan kesehatan fisik yang lebih baik.”
DR. JAMES W. PENNEBAKER

“Janganlah rumahmu kamu jadikan kandang—hanya roti dan air yang kamu sediakan. Sediakan pula buku-buku di rumahmu sehingga apabila ruhanimu haus dan lapar, ruhanimu dapat mendapatkan minuman dan makanannya.”
ALI SYARI`ATI

“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.”
ALI BIN ABI THALIB

“Dalam makna yang sungguh-sungguh, sebenarnya orang yang membaca kepustakaan yang baik telah hidup lebih daripada orang-orang yang tak mau dan tak mampu membaca.... Adalah tak benar bahwa kita hanya punya satu kehidupan yang kita jalani. Jika ita bisa membaca, kita bisa menjalani berapa pun banyak dan jenis kehidupan seperti yang kita inginkan."
S.I. HAYAKAWA


Jumat, 23 Oktober 2009

Lomba Blogger 2009

Ada lomba Blogger HOKI 2009 dalam rangka menyambut hari ulang tahun Harian Online KabarIndonesia (HOKI) yang ketiga pada tanggal 11 November 2009.

Syarat dan KetentuanKetentuan Umum
1. Lomba ini terbuka bagi siapa saja dan tidak dipungut biaya;
2. Tiap peserta diperkenankan mengirimkan lebih dari satu Blog;
3. Blog harus berbahasa Indonesia;
4. Blog yang disertakan dalam lomba tidak mengandung/ menyebarluaskan content yang merendahkan ataupun mendeskreditkan kelompok tertentu terkait SARA dan tidak mengandung content yang bersifat melanggar kesusilaan secara umum dan/ atau pornografi;
5. Lomba dimulai pada tanggal 12 Oktober 2009;
6. Lomba ditutup pada tanggal 11 November 2009 pkl 24.00 WIB;
7. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 11 Desember 2009;
8. Penentuan Pemenang melalui penilaian oleh Dewan Juri;
9. Hasil penjurian tidak dapat diganggu-gugat dan tidak diadakan surat menyurat.

Ketentuan Teknis

Apabila peserta belum terdaftar sebagai Penulis, pesertadiwajibkan mendaftarkan terlebih dahulu dengan klik 'Daftar Jadi Penulis' di http://www.kabarindonesia.com//;
Provider blog bebas, tidak ditentukan, bisa menggunakan blogsome, multiply, blogspot, wordpress atau penyedia blog lainnya.

Peserta wajib memasang banner HOKI yang terlink ke website HOKI sebagai tanda keikutsertaannya (tidak diperkenankan dipasang di bagian bawah Blog). Kode HTML banner dapat dilihat: http://www.kabarindonesia.com/files/hoki2009.doc
Apabila terdapat pertanyaan sehubungan dengan pemasangannya, silahkan mengirimkannya ke help-desk@kabarindonesia.com

Setelah kedua persyaratan di atas terpenuhi, silahkan mengirimkan sebuah tulisan mengenai Blog Anda ke http://www.kabarindonesia.com// sebagai berita di rubrik 'Blogger' (Kategori Berita) dengan judul: Lomba Blogger HOKI 2009 dengan mengklik terlebih dahulu 'Kirim/ Edit Berita di bagian atas website HOKI;

Dalam tulisan yang dikirimkan, wajib tercantum alamat URL Blog Peserta, keterangan mengenai isi Blog, profil singkat Peserta dan alasan mengapa tertarik mengikuti 'Lomba Blogger HOKI 2009. Tulisan yang dikirim ke HOKI dapat disertai foto peserta atau gambar halaman Blog, namun hal ini tidak wajib.

Kriteria Penilaian
- Penyajian tulisan yang dikirimkan ke HOKI (tidak akan dilakukan pengeditan oleh Tim Editor) - Penampilan, kreatifitas dan design Blog
- Navigasi yang dinamis
- Popularitas
- Originalitas posting
- Keaktifan dan kualitas posting
- Tema BlogS

elama lomba berlangsung hingga selang waktu pengumuman pemenang, logo HOKI wajib terpasang di Blog masing-masing para Peserta. Mereka yang melanggar aturan ini akan didiskualifikasi. Ayo buktikan kreatifitas para Blogger Indonesia bersama Harian Online KabarIndonesia (HOKI)!!Selamat Berlomba!!!

Panitia Lomba Blogger Memperingati HUT HOKI 2009 Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.comBerita besar hari ini...!!!Kunjungi segera: http://www.kabarindonesia.com//

Kamis, 15 Oktober 2009

Resensi buku: Pope Joan

resensi buku

buku_pope_jone


Pope Joan, buku yang luar biasa. Pertama kali saya melihat buku ini di antara buku-buku yang berserakan pada sebuah kios bazar buku di Medan, saya langsung tertarik dengan judulnya. Pope Joan, Paus Joan. Apa maksudnya? Kemudian saya baca sampul belakangnya dan beberapa pujian yang didapatkan atas buku ini. Luar biasa, menarik! Kisah tentang seorang perempuan pada abad 8 hingga 9 M yang kemudian takdir membawanya pada posisi kepemimpinan tertinggi kerajaan kekristenan. A woman?

Saya membagi buku ini menjadi tiga bagian. Di penggal pertama buku ini mengisahkan tentang kehidupan pribadi seorang Joan sejak bagaimana ia lahir hingga berbagai kesulitan hidup yang ia dapatkan hanya karena ia seorang ‘perempuan’. Pada masa itu, abad ke 8 M, kedudukan perempuan begitu nista dan hinanya di mata masyarakat terutama laki-laki. Perempuan tidak diperbolehkan membaca dan menulis. Begitu pun berbagai mitos-mitos tentang perempuan, bahwa kelahiran seorang anak perempuan adalah hukuman bagi dosa-dosa orang tuanya. Saya jadi teringat hal ini mirip sekali dengan zaman jahiliyah di Mekkah dulu. Padahal agama kristen di masa Joan hidup itu sudah begitu luasnya tersebar hampir di seluruh Eropa. Kaum ‘kafir’, begitu para orang-orang kristen menyebutkan orang-orang Pagan dan diluar iman kristen, digiring untuk memeluk iman kristen dengan segala cara. Pedang, perang, dan sebagainya.

Saya akui, saya sangat terpesona dengan kisah Joan di masa kecil hingga remajanya. Ia memiliki tekad yang begitu kuat dalam belajar (secara sembunyi-sembunyi tentunya) hingga ia berhasil masuk di schola (sekolah) untuk para akademisi dan imam. Gaya penulisan sang penulis mengisahkan penggalan pertama ini begitu detil dan hidup, seakan kita memasukin zaman di mana Joan hidup.

Penggal kedua mengisahkan bagaimana pergolakan politik dan situasi kerajaan Roma dan sekitarnya. Perang demi perang, kekejaman demi kekejaman, semua bersatu dalam deretan peristiwa-peristiwa sejarah yang berkaitan. Dalam hal ini, beberapa bagian dikisahkan secara cepat dan tidak detil. Menurut saya, mungkin agar pembaca tidak bosan. Tetapi bagi saya pribadi, seperti semacam deskripsi singkat sejarah, yang hampir saja saya lewatkan untuk membaca karena ada rasa enggan dan malas membaca gaya penulisan seperti itu. Tetapi agar memahami alur cerita, saya pun membacanya juga.

Pada bagian ketiga, mengisahkan kehidupan Joan di Roma. Di sinilah puncak prestasinya dalam hidup akan tertulis. Meskipun sebelum itu, Joan sudah mencapai tingkat prestasi yang hebat dan tinggi dalam dunia akademisi dan keagamaan. Menyamar sebagai laki-laki dan kecerdasannya yang luar biasa pada ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, dan dunia pengobatan, membawanya menjadi seorang Paus. Paus Perempuan, yang selama ribuan tahun keberadaannya tidak diakui bahkan sengaja dihilangkan dari sejarah karena dianggap sebagai penghinaan dan dosa besar.

Novel ini pun mengisahkan pula sisi perasaan Joan sebagai perempuan. Ia merasakan cinta, kasih sayang, dan perasaan menjadi seorang calon ibu bagi anak yang diperolehnya dari seorang Gerold, laki-laki yang menjadi pelindungnya. Tetapi mereka akhirnya harus berakhir di sebuah penutup yang begitu menyedihkan, saya sendiri sampai menangis karena itu.

Tidak bisa dipungkiri, ada beberapa kisah yang diceritakan dengan cukup vulgar dengan maksud untuk tidak mengurangi pesan moral cerita. Begitu pun tentang terkuaknya rahasia besar para Paus dan imam-imam gereja pada masa itu yang terlibat skandal seks yang tidak layak, dalam bahasa mereka disebut sebagai salibat. Joan begitu menentangnya. Saya rasa sebagai seorang dewasa, pembaca harus bisa memaknainya sebagai sesuatu yang positif agar bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut.

Penulis pun menambahkan di bagian akhir tentang fakta-fakta sejarah, berikut segala data-data yang berkaitan dengan eksistensi Joan. Bahkan menyebutkan pula sumber-sumber sejarah dan sebagainya.

Secara keseluruhan, menurut saya novel ini sangat luar biasa. Bagus dibaca untuk mengetahui apa dan bagaimana sejarah dunia kristen pada masa itu yang sangat bertolak belakang. Dan bagaimana pesan moral yang ingin disampaikan penulis tentang kedudukan perempuan atas kaum lelaki, bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam pendidikan, sosial, dan kemasyarakatan. Pada masa itu, semua hal tersebut menjadi sesuatu yang berdosa, tetapi tidak bagi Joan yang telah mampu menembus batas. Secara ekstrem penulis menggambarkan kesetaraan gender dalam buku ini, tentang sejajarnya laki-laki dan perempuan menjadi Paus. Hmm…menurut saya ini sesuatu yang kontroversial pastinya.

diambil dari http://pustaka-ebook.com/pope-joan/

Sabtu, 15 Agustus 2009

lomba 17-an di Code Utara, Kotabaru, Yogyakarta

lomba balon berpasangan
ayo, tiup terompetmu.
begini nih meniup yang benar!
setelah itu, kita ngesot bersama demi sebuah kerupuk
fikri, ini lomba makan kerupuk bukan sholat.... "Ayo, siapa berani melorotin celanaku"
wah, ini kerupuk apa batu, kok rasa terasi?
i've got my kerupuk.
hoops.... free style, yeah!
memburu hadiah ... sampai gini nih,,,
ayao... ayo... kita main air!

Sabtu, 08 Agustus 2009

Kolam ikan buatan kami!



Atas bantuan FLOWGI, akhirnya kami bisa membuat kolam ikan air tawar dan sudah diisi dengan ikan Lele dan Nila.

lihat ke dalam..., ada ikan makan ikan.



rapat laporan dari om chandra, sie danus yang bertanggungjawab atas pembuatan kolam.

Wah, ini kok malah berbuat..? oh, ngelihatin rambut yang habis disetrika to... dengerin tuh pak guru nerangin hitung-hitungan ngurangi duit proyek.

Rabu, 22 Juli 2009

di Gembira Loka

Intan dan Ayu, mereka selalu klop

para ... saudara/saudari


having fun with FLOWGI

Rabu, 10 Juni 2009

Lomba Kelurahan

Juni di dini hari kemarin diguyur hujan deras, membasahkan Jogja. Pagi 9 Juni kami menyambut tim evaluasi dari provinsi di bawah mendung dan dingin yang tersisa. sedikit berbeda dengan 14 Mei saat kami menyambut tim dari Kota, yang setelah itu kami menjadi pemenang pertama untuk kelurahan dengan kepadatan penduduk sedang, kali ini hanya sedikit poin-poin penilaian yang berada di titik RT 01. jadi, secara keseluruhan ini lebih mudah. Namun, untuk perpustakaan, karena anak-anak sedang ujian dan merka tidak mungkin dikumpulkan untuk ramai-ramai membaca di Balai serbaguna, akhirnya kami hanya menghadirkan beberapa "bayi"... ups, anak-anak TK dan yang belum sekolah. Suasana senyap itu malah menguntungkan karena Pustaka Kampung memiliki kesempatan menjelaskan lebih jauh kondisi perpustakaan sekarang kepada tim juri.
Kami hanya mau menang!

Senin, 18 Mei 2009

meretas batas kegamangan untuk bertindak

Pelik, hidup di antara mereka yang mengharap seperti berdoa. Seolah harapan-harapan itu ada yang mau mewujudkan begitu saja. Mau menjadi pahlawan dan merasa bisa melakukan sesuatu... tapi kita tahu omong kosong macam itu akan menjadi penyakit. Melakukan hal-hal untuk orang lain kadang bisa jadi bumerang... kekalahannya milik kita dan kemenangannya milik mereka. Mau menyesal, kok tidak masuk akal... mau diteruskan, hidup sudah lelah akut.
Memilih untuk angkat kaki...berat, kawan-kawan seperti jadi beban di kaki yang setengah lumpuh.

Selasa, 24 Maret 2009

Mencoba merubah diri... pruttt

dunia kecil kami nggak memiliki banyak arti untuk orang lain, tapi tentu saja ini adalah hal luar biasa bagi kami. Di sini nggak ada orang-orang cerdas bin jenius, hanya ada anak-anak yang selalu ceria dan pemudi-pemuda yang agak baik hatinya... he he he...
Dalam beberapa bulan ke depan, kalau tidak ada halangan, kami akan mencari sumbangan buku... yang terutama kami tujukan untuk donatur buku yang terkait dengan penerbitan, jaringan perpustakaan, dan instansi. Meski kadang lebih sulit dibandingkan meminta buku secara pribadi kepada orang-orang tertentu, dengan syarat tetek-bengek proposal dan surat-surat antah berantah, tapi mungkin hasilnya akan lebih baik... yah, mungkin kami mendapat buku baru! he he he...
Untuk teman-teman, kasih bocoran informasi instansi yang kira-kira mau ngasih donasi buku dong!

Selasa, 24 Februari 2009

Mengubah Dunia dengan Berderma





Mengubah Dunia dengan Berderma

Judul: Leaving Microsoft to Change The Work, Kisah Menakjubkan Seorang Pendiri 3.600 Perpustakaan di Asia
Penulis: John Wood
Penerjemah: Widi Nugroho
Penerbit: Bentang, Yogyakarta
Cetakan: Agustus 2007
Tebal: 367 halaman

"ORANG yang mati kaya akan mati dengan rasa malu," kata industrialis baja legendaris Amerika Andrew Carnegie.

Orang mengenal Carnegie sebagai seorang dermawan. Tetapi ia hanyalah satu di antara ribuan dermawan di Amerika, yang memang dikenal sebagai gudangnya kaum filantrop, termasuk yang punya pandangan aneh dan tingkah nyleneh. Sebagai superstar kaum dermawan, kita mengenal Bill Gates dan George Soros. Anda mungkin juga kenal nama Chuck Feeney, seorang dermawan yang memberikan bantuan secara diam-diam, misterius dan menjauhi publikasi. Miliaran dolar kekayaannya disumbangkan untuk kaum miskin, dan hanya disisakan 1,5 juta dolar untuk diri sendiri. Setelah hampir 20 tahun, rahasianya bocor dan kisahnya dibukukan tahun ini: The Billionaire Who Wasn't: How Chuck Feeney Secretly Made and Gave Away a Fortune.

Mengapa orang Amerika suka berderma? Dalam The Greater Good: How Philanthropy Drives the American Economy and Can Save Capitalism, Claire Gaudiasi menuturkan orang-orang Amerika bisa kaya raya karena banyak berderma. Bukan sebaliknya, mereka suka berderma karena kaya. Para penderma tersebut melakukan itu untuk tujuan hidup yang lebih baik bagi orang lain, tidak hanya untuk diri sendiri.

Membantu Orang Lain

Banyak kisah menarik tentang orang-orang dermawan. Tetapi kisah John Wood di buku ini jelas tergolong istimewa. Bagaimana tidak? Sebagai seorang eksekutif di Microsoft, perusahaan komputer ternama di dunia, gajinya besar. Usianya baru sekitar 30 tahun. Tetapi semua itu ditinggalkan setelah terguncang hatinya menyaksikan ratusan anak sekolah di Nepal yang belajar tanpa buku-buku memadai. Tidak hanya jabatan dan gaji besar yang ditinggalkan. Ia juga terpaksa berpisah dengan pacar karena perempuan yang menarik hatinya itu tidak sepakat dengan rencana "aneh": membantu mendirikan perpustakaan di sekolah-sekolah Nepal.

Perubahan kehidupan John Wood sungguh radikal. Selama tujuh tahun ia bekerja gila-gilaan di Microsoft, selalu mengejar karier dan gaji tinggi, praktis tidak pernah libur. Sampai pada satu saat ia berpikir: "Apakah cuma ini yang ada --jam-jam panjang dan gaji lebih besar? Saya telah menjalani gaya hidup komando seorang prajurit korporat. Liburan hanyalah bagi orang-orang yang lemah. Para pemain sejati bekerja pada akhir pekan, terbang ratusan ribu mil dan membangun kerajaan-kerajaan mini di dalam sebuah patung raksasa global yang disebut Microsoft. Para pengeluh adalah mereka yang tidak peduli dengan masa depan perusahaan."

Kehidupannya berubah total setelah akhirnya ia bisa mengambil cuti dan pergi ke Nepal, berjalan kaki menyusuri desa-desa terpencil di kawasan Himalaya. Saat mampir di sebuah SD di Desa Bahundanda, ia menyaksikan sekitar 450 siswa sekolah tanpa buku. Ia sedih luar biasa. "Empat ratus lima puluh murid tanpa buku. Bagaimana hal ini bisa terjadi di sebuah dunia dengan buku-buku yang melimpah?" tulisnya.

Ia membayangkan masa kecilnya di Amerika. Meskipun keluarganya tidak kaya, ia bisa menikmati buku-buku melimpah di perpustakaan. Apalagi ia termasuk rajin ke perpustakaan hingga diizinkan pinjam buku lebih dari ketentuan.

Hatinya makin galau ketika menerima tagihan untuk penginapannya, yang dinilainya sangat kecil. "Saya merasa bersalah karena jumlahnya. Saya mendapat tempat tidur, bir, makan malam, makan pagi, dan bercangkir-cangkir susu yang tak terbatas. Hanya lima dolar. Memberikan tip dianggap suatu penghinaan," katanya pula.

Memberi Bea Siswa

Dalam perjalanannnya ke Nepal itu, kebetulan ia sedang membaca buku karya Dalai Lama, The Art of Happiness. Pemimpin Tibet dalam pengasingan itu antara lain mengatakan bahwa salah satu kewajiban utama kita adalah mencari orang-orang yang tidak mampu dan mengeluarkan mereka dari siklus kemiskinan.

Keluar dari desa terpencil itu, John Wood tidak membuang waktu. Ia langsung mengirim pesan ke semua kenalannya yang namanya tertulis di laptop. Ia minta bantuan buku-buku untuk dikirimkan ke Nepal. Ia pun mendirikan lembaga Books for Nepal, kemudian berganti Room to Read, yang memberikan bantuan dana dan buku-buku untuk perpustakaan sekolah.

Tidak mudah memang, termasuk ketika ia akan pamit pada atasannya untuk keluar dari Microsoft, pacar, dan kawan-kawannya. Semua terkejut, tetapi John Wood sudah bulat tekadnya. Dengan dukungan kawan-kawan dan sahabatnya, Room to Read menjadi lembaga makin maju. Operasinya pun melebar di luar Nepal, ke Sri Lanka, India, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Ribuan perpustakaan telah dibangun, jutaan dolar disebarkan untuk mendirikan sekolah, laboratorium komputer dan bahasa, serta bea siswa di kawasan miskin.

Buku yang enak diikuti ini adalah kisah yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan. Buku tentang kekuatan jaringan persahabatan, orang-orang optimistis di tengah konflik dan perang, dan mereka yang tidak hanya mengeluh tetapi berbuat sesuatu untuk menjadikan dunia lebih baik. Banyak pandangan penulisnya yang sangat menggugah kesadaran kita.

"Tidaklah penting jika kita memiliki kekayaan materi. Apa yang sesungguhnya penting adalah --apa yang kita lakukan dengan kekayaan itu?" begitu ia menulis dalam catatan harian.

Ia pun melanjutkan: "Saya telah mencapai kesuksesan finansial pada usia muda, tetapi itu sebagian besar karena keberuntungan saya. Saya kebetulan bergabung dengan perusahaan yang tepat pada saat yang tepat. Fakta bahwa apa saya mempunyai uang tidak menjadikan saya orang yang lebih baik. Yang sungguh-sungguh penting adalah apa yang saya lakukan dengan uang itu."

Apa yang dirasakan sebagai kenikmatan bagi John Wood adalah ketika mendengar kemajuan anak-anak sekolah yang dibantu. Seperti Nguyen Thai Vu, anak cerdas dari Vietnam, murid pertama yang dibantunya. Diawali dengan beasiswa 20 dolar pada 1997, Vu dapat mengembangkan diri dalam studinya. Ia kemudian bisa lancar tiga bahasa asing, belajar di universitas, dan meraih gelar sarjana dalam piranti lunak. Istri Vu seorang perawat yang membantu kaum miskin pedesaan, dan anak perempuannya akan memperoleh manfaat karena orangtuanya yang berpendidikan baik.

Ia membayangkan, kalau Vu bisa membuat kemajuan dalam delapan tahun, apa yang mungkin terjadi pada hampir satu juta murid yang sekarang belajar di sekolah-sekolah yang dibantunya? Yang bersemangat melahap buku-buku di perpustakaannya?

Ia pun mengutip kata-kata John Wolfgang von Goethe yang menulis tentang Simponi Kelima Beethoven. "Seandainya semua pemusik di dunia memainkan gubahan ini secara serempak, planet bumi ini akan lepas dari porosnya."

Sebuah buku yang mengaduk-aduk perasaan. Saya membayangkan, satu persen saja kaum dermawan melakukan hal yang sama seperti John Wood, wajah negeri ini akan sangat lain dalam 10 atau 20 tahun mendatang.
oleh Djoko Pitono, diambil dari Suara Merdeka Cyber News, 22-10-2007

Minggu, 22 Februari 2009

LPJ

A. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang/Analisis Situasi

Kampung Code Utara Terletak di bagian utara Kota Yogyakarta, merupakan kampung dengan status tanah bukan hak milik namun telah diakui pemerintah dengan dimasukkan ke dalam sistem administratif birokrasi RT 01 kelurahan Kotabaru. Kampung ini menempati bantaran sungai Code, sisi selatan jembatan Sudirman.

Masyarakat Code Utara merupakan komposisi warga pinggiran dengan tingkat ekonomi rata-rata rendah. Sebagian besar bekerja pada sektor informal seperti pemulung, pembecak, pedagang kecil, bengkel, penambang pasir kali, tukang parkir, dan sejenisnya. Sementara, tingkat pendidikan warga sudah banyak yang menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah. Kondisi pemukiman padat, dengan rumah-rumah yang saling berimpit, ruangan kecil, jalan sempit, dan ruang publik yang minim. Kehidupan sosialnya akrab meski gesekan-gesekan atau konflik kecil telah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Warga mengorganisir kegiatan dan mengakomodasi kepentingan lewat kegiatan arisan maupun rapat RT yang diadakan setiap Minggu Pahing. Sedangkan kelompok remaja memiliki organisasi Muda-mudi sebagai ruang mengakomdasi kepentingan dan kebutuhan anggotanya.

Kehadiran perpustakaan masyarakat seakan jadi oase manakala kesibukan sehari-hari jadi tekanan. Warga memerlukan perpustakaan sebagai ruang publik yang dekat, mudah diakses, tidak rumit, rekreatif sekaligus edukatif, sesuai kebutuhan, menyatukan mereka dalam keguyuban masyarakat, dan ada rasa memiliki sehingga proses sosial-budaya di dalamnya berlangsung sebagai satu rangkaian dengan kegiatan keseharian mereka. Namun, lemahnya penanganan pelayanan seringkali membuat perpustakaan di Code Utara ini tidak berfungsi seperti harapan warga. Kurangnya dorongan semangat dan ketersediaan tenaga yang cakap, yang dapat mengelola perpustakaan dengan baik, efesien, dan tepat sasaran, adalah kendala utama.

Selama ini Pustaka Kampung ditangani remaja kampung yang secara aktif berusaha terus menghidupkan budaya baca. Bekal yang dimiliki memang masih sekadar semangat, tanpa dukungan dana dari RT maupun pihak lain, juga dengan pengetahuan sekadarnya tentang pengelolaan taman bacaan masyarakat. Koleksi bahan bacaan didapat dari sumbangan dan belum pernah mendapat bantuan pendanan, sebelum kemudian memperoleh dana stimulan dari Pemkot. Namun, perhatian beberapa pihak ini telah membuat perpustakaan masih eksis, walau pasang-surut.

b. Tujuan Pelaporan

Laporan ini merupakan bagian dari kelanjutan pelaksanaan bantuan stimulan perpustakaan yang diberikan Pemkot Yogyakarta lewat UPT Perpustakaan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2008, sekaligus gambaran perkembangan Pustaka Kampung. Laporan ini bermanfaat sebagai masukan, baik kepada Pemerintah Kota, warga Code Utara, dan masyarakat luas yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap perpustakaan komunitas. Pustaka Kampung akan menggunakan laporan ini sebagai salah satu pijakan penentuan arah pengembangan ke depan, mengingat semangat yang luar biasa yang ditunjukkan remaja Kampung Code dalam upaya penguatan budaya baca.

B. PROFIL PERPUSTAKAAN

a. Nama perpustakaan

PUSTAKA KAMPUNG

Codhe Community Library

Visi : Menjadi ruang rekreatif dan edukatif serta dapat mengembangkan kreativitas anggota.

Misi : - Menyediakan ruang yang representatif dan layak untuk kegiatan belajar, membaca, dan kegiatan literer.

- Memfasilitasi kebutuhan bahan pustaka warga Code Utara.

b. Alamat lengkap

Balai Serbaguna (Pustaka Kampung 1)dan Sekretariat Muda-mudi (Pustaka Kampung 2) Kampung Codhe Utara, RT 01 RW I Kel. Kotabaru, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta.

http://spesieslangka.blogspot.com

pustakampung@gmail.com

c. Nama Pelindung

Ketua RT 01, Drs. Darsam

d. Nama ketua

Muhammad Taufikul Basari

e. Sasaran layanan perpustakaan

i. Anak-anak (usia SD) : 29 orang

ii. Remaja (usia SMP-SMA-blm menikah): 31 orang

iii. Usia Dewasa : 91 orang

iv. Usia lansia : 18 orang

f. Keadaan koleksi

Koleksi berupa bahan pustaka meliputi dua jenis; bahan bacaan dan alat permainan edukatif. Perpustakaan juga dilengkapi dengan poster, peta, dan ‘papan’ bulettin.

Bahan bacaan yang tersedia berupa buku, majalah, suratkabar, buletin, komik.

Buku : 1333 judul 1361 eksemplar

Bukan buku : 15 jenis

g. Sarana dan prasarana perpustakaan

· Gedung/ruang : 1. Ruang utama yang menjadi sekretariat perpustakaan adalah ruang milik organisasi Muda-mudi kampung, berupa satu ruang 3X3 m. Letaknya di bawah ‘Museum Romomangun’. Ini adalah lokasi perpustakaan yang baru.

2. Sebagian koleksi ditempatkan di Balai Sebaguna milik Kampung, kotak-kotak berkaca. Tempat ini adalah lokasi perpustakaan yang lama, merupakan lokasi strategis berupa balai terbuka 3X6 m.

· Perlengkapan

1. Kotak kayu tempat koleksi berjumlah 9 buah di Balai Serbaguna: 2 kotak untuk kampung berisi ragam ‘souvenir’ kenang-kenangan kunjungan dan piagam, 1 kotak untuk penyimpanan alat posyandu, 6 kotak untuk koleksi buku dan majalah.

2. lemari rak, 2 buah ada di sekretariat.

3. rak papan, 4 buah.

4. meja, 1 buah.

5. lemari, 1 buah (milik Muda-mudi)

6. Peta dunia, 1 buah

7. Peta Yogyakarta, 1 buah

8. Poster, 4 buah.

9. Kursi, 1.

10. White Board, 1.

h. Pengelola

Pengelolaan di bawah Organisasi Muda-mudi oleh satu tim Perpustakaan yang berfungsi sebagai penyelenggara perpustakaan.

Ketua Perpustakaan : M. Taufikul Basari

Bidang Layanan : Mulyani

Desi Wulansari

Nararia Hangyowati

Ika Wulandari

Bidang Administrasi : Nita Nurjanah

MudiYatno

Agung Susilo

Randi

i. Pelayanan

· Jadwal Pelayanan

· Balai Serbaguna

Minggu 19.30—21.00

Kamis 19.30—21.00

· Skretariat

Minggu 09.00—12.00

Rabu 15.00—18.00

Jumat 15.00—18.00

· Rata-rata jumlah pengunjung : 15 pengunjung

· Rata-rata peminjam : 5 peminjam

j. Kegiatan penunjang/pendamping

No

Hari/tanggal

Kegiatan

Penanggungjawab

Peserta

1

Minggu—Jumat

Bimbingan Belajar

Candra, Sri Lestari

Anak-anak SD dan SMP

C. POKOK-POKOK LAPORAN

a. Jumlah penerimaan bantuan

Bantuan stimulan sejumlah Rp 7.000.000,00 tunai dari Pemkot diterima pada tanggal 13 Januari 2009 di UPT Perpustakaan Kota Yogyakarta, Kotabaru.

b. Kegiatan yang dilaksanakan

· Persiapan tempat baru untuk Pustaka Kampung

16-1-09: Rapat pengurus (anggota Muda-mudi) menentukan sistem kerja penggunaan dana stimulan. Proses rapat, penentuan keputusan bersama, dan kerjasama pengelola adalah bagian dari proses pembelajaran yang penting karena sebagian besar pengurus masih remaja (usia SMP-SMA) sehingga ke depan akan menjadi bekal yang berharga dalam pembentukan karakter sosial mereka.

18-1-09: Kerjabakti pembersihan ruang sekretariat Muda-mudi sebagai bakal tempat perpustakaan yang baru, sekaligus membuat taksiran pembelanjaan untuk perlengkapan dan peralatan perpustakaan. Pemilihan tempat baru ini karena tempat lama sangat terbatas, sudah tidak mungkin menempatkan rak baru dan juga tempat tersebut terbuka sehingga sulit mengontrol keamanan koleksi bahan pustaka.

26-1-09: Pengecatan kayu bagian dalam dan pemindahan buku.

· Klasifikasi koleksi buku, penomoran, dan penyampulan (perawatan)

Klasifikasi dan pendataan buku. Semua koleksi lama didata dan diberi call number serta warna identifikasi jenis buku. Klasifikasi menggunakan DDC Dewey secara sederhana, hanya menggunakan 10 jenis nomor; 000, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900. buku-buku lama, berupa buku pelajaran sekolah sebelum keluaran 2004 dan juga buku rusak dipilah untuk ‘dikeluarkan’ atau dijual kiloan, jumlahnya sekitar 200 eksemplar. Proses klasifikasi dan pendataan ini memerlukan waktu paling lama mengingat keterbatasan tenaga yang dapat melakukannya dan waktu luang.

Penyampulan buku (lama dan baru) untuk meminimalisir kerusakan dengan sampul plastik ketebalan standar.

· Pembelian sarana penunjang

Kebutuhan penempatan koleksi buku dipenuhi dengan pembelian 2 lemari rak buku baru, pembuatan rak ‘display’ yang menempel pada dinding, dan meja untuk layanan. Satu lemari milik Muda-mudi dimanfaatkan Pustaka Kampung dengan beberapa perbaikan. Saat ini sedang proses meminta kursi yang sudah tidak dipakai dari RT.

· Penambahan koleksi pustaka

Kami mengajak pengurus dan anggota Muda-mudi untuk turut berbelanja buku sebagai bagian dari pembelajaran. Bertepatan dengan pameran buku di Jogja, Pustaka Kampung mencoba memaksimalkan pembelanjaan buku dengan membeli buku-buku lewat pameran yang harganya jauh lebih murah daripada di toko buku. Beberapa buku yang tidak didapatkan lewat pamera buku, kami beli lewat toko buku Togamas dan shopping centre. Pembelanjaan untuk buku ini merupakan alokasi terbesar dari dana stimulan. Selain buku kami juga menambah koleksi puzzle, peta, dan poster.

Penambahan koleksi bahan pustaka juga diperoleh dari koleksi Perpustakaan & Pondok Belajar Ghifari Kali Code yang digabungkan dengan Pustaka Kampung. Pustaka Kampung juga memperoleh bantuan buku dari Bentang Pustaka—penerbit lain masih dalam proses.

Dalam pembelanjan koleksi bahan pustaka, kami mempertimbangan segmentasi kebutuhan warga. TBM saat ini masih dipakai sebagai tujuan rekreatif karena sebagian besar anggota aktif adalah remaja dan anak-anak. Acuannya adalah jenis buku yang sebelumnya banyak dicari dan juga memenuhi pesanan judul dari warga.

c. Laporan keuangan

LAMPIRAN 1

D. RENCANA PENGEMBANGAN

a. Jangka pendek

· Penataan administrasi agar lebih rapi dan terdokumentasi secara baik, penggunaan kartu anggota dalam peminjaman, dan penyesuaian sistem peminjaman sesuai tuntutan pengguna.

· Pembuatan dan pemeliharaan e-mail dan blog sebagai sarana komunikasi keluar.

· Memperkuat jaringan antar perpustakaan komunitas. Selama ini sudah terjalin dengan jaringan perpustakaan anak 1001 buku.

· Konsistensi pelayanan meliputi ketepatan jadwal layanan, kepatuahan pada sistem yang disepakati seperti lama peminjaman dan denda.

· Kegiatan outbond remaja untuk memperkuat karakter individu dan sosial dalam rangka memperkuat jalinan kerjasama antar remaja Kampung Code Utara. Pustaka Kampung akan mensponsori kegiatan ini dengan menyisihkan dana stimulan yang masih tersisa. Kegiatan rencananya akan dilaksnakan pada Maret 2009.

· Pembuatan buletin tempel yang diisi oleh remaja.

· Memfasilitasi anak-anak untuk mengirimkan tulisan dan gambar mereka ke suratkabar atau majalah anak-anak.

b. Jangka panjang

· Menyediakan sarana pustaka yang lebih komplit sesuai dengan kebutuhan warga, seperti penyediaan bahan pustaka elektronik.

· Mendapatkan donatur buku tetap.

· Mengadakan kegiatan rutin untuk remaja serupa outbond atau supercamp.

E. EVALUASI DAN SARAN

a. Selama ini penekanan perpustakaan masyarakat pada bahan pustaka maupun sarana, padahal untuk membentuk budaya baca tidak dapat hanya dilakukan dengan penyediaan bahan pustaka. Perpustakaan komunitas seharusnya menjadi organisasi aktif yang melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran kreatif untuk mendukung pemintaran masyarakat. Namun, untuk merancang dan melakukan kegiatan seperti itu diperlukan sumberdaya yang handal, yang telah memiliki pengalaman dan dapat menumbuhkan intelektualitas lewat berbagai macam kegiatan kreatif. Sedangkan kebanyakan perpustakaan komunitas berbasis pada masyarakat marjinal secara ekonomi dan pendidikan, lemah dalam sumber daya manusia. Diperlukan transfer pengetahuan yang lebih banyak dan berkesinambungan.

b. Kegiatan seperti di atas dapat dilakukan lewat kerjasama dengan instansi swasta, namun perlu fasilitator dari instansi pemerintah yang memliki tanggungjawab dalam hal perpustakaan. Perpustakaan komunitas memiliki keterbatasan jaringan dan sumberdaya, karena itu tetap diperlukan pendampingan. Pendampingan tidak harus dari pemerintah, namun dapat memanfaatkan akademisi dari level universitas atau LSM.

F. PENUTUP

Sebelumnya, Pustaka Kampung sangat berterimaksih kepada Pemerintah Kota Yogyakarta yang lewat UPT Perpustakaan Kota telah memberikan bantuan stimulan sehingga memompa semangat kami dalam mengembangkan perpustakaan komunitas. Terimakasih pula untuk pihak-pihak lain yang telah membantu, mendukung, dan memberi sumbangan tenaga, pikiran, dan materi. Terimakasih kepada organisasi Muda-mudi Kampung Code Utara, kepada ketua RT 01, Kepada ketua RW I, kepada Lurah Kotabaru, dan segenap pihak yang tidak disebutkan namun aktif membantu. Semoga lewat bantuan stimulan ini Pustaka Kampung dapat menjadi perpustakaan komunitas yang lebih ‘hidup’ dan aktif.

Yogyakarta, 17 Februari 2009

Mengetahui,

Lurah Kotabaru

Purwanto

Ketua RW I

Bahran

Ketua Perpustakaan

M. Taufikul B