Jumat, 20 November 2009

MENJADI PEMIMPIN

Tulisan Andrias Harefa

Menjadi Pemimpin

Kita paham bahwa pemimpin tidak dilahirkan dari ruang-ruang kelas. Pengajaran mengenai berbagai konsep tentang kepemimpinan, hakikatnya, gaya-modelnya, atribut-atribut dan sifat-sifatnya, jenis-jenis karismanya, bakat dan talenta yang diperlukan, tentu berguna. Namun, hal menjadi pemimpin bukanlah soal pengetahuan semata. Orang tidak bisa menjadi pemimpin dengan melakukan riset secara online di internet, berapa tahun pun itu dilakukan. Ia harus keluar kelas, beranjak dari kursinya, meninggalkan perpustakaan, dan berinteraksi dengan manusia lainnya.

Pelatihan kepemimpinan juga akan bermanfaat. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi, jelas perlu. Mengasah kemampuan untuk menunjukkan arah (direction), membagi-bagi peran dan tugas, pasti penting. Menumbuhkan kemahiran dalam memotivasi dan membangkitkan kembali semangat yang terkulai, sangatlah vital. Menajamkan kemampuan untuk mengambil keputusan secara cepat dan tepat dan berpikir kreatif out of the box, juga tak bisa disangkal arti pentingnya. Tetapi, hal menjadi pemimpin bukanlah soal-soal pelatihan. Sejuta sertifikat dari lembaga-lembaga pelatihan kepemimpinan yang paling terkemuka di bumi ini, tidak otomatis membuat seseorang menjadi pemimpin.

Jika pengajaran dan pelatihan kepemimpinan merupakan syarat perlu, tetapi belum memadai, maka unsur apalagi yang penting dan harus ada agar orang menjadi pemimpin? Apakah unsur yang justru esensial dan vital dalam proses membentuk seseorang menjadi pemimpin?
Studi dan pengalaman saya yang terbatas menunjuk pada satu hal sederhana: pendidikan. Untuk menjadi pemimpin seseorang perlu mengalami proses pendidikan. Artinya, ia mengalami proses pemanusiawian dirinya sendiri secara berkelanjutan. Ia perlu menemukan contoh-contoh yang dijadikannya panutan; dan ia sendiri bertanggung jawab untuk membentuk dirinya agar mengalami proses transformasi menjadi teladan-contoh-panutan bagi lingkungan konstituennya. Ia harus menjadi manusia transisi, kata Stpehen R. Covey. Menjadi pemimpin, kata Warren Bennis, adalah menjadi diri sendiri yang otentik.

Jadi, hal menjadi pemimpin memerlukan kelengkapan dari proses pendidikan, proses pengajaran, dan proses pelatihan. Di antara ketiga proses tersebut, pendidikan adalah jiwanya, spiritual aspeknya. Dan jiwa atau spiritualitas pemimpin tidak berasal dari kelas-kelas pelatihan atau buku-buku yang berisi pengajaran luar biasa. Jiwa pemimpin berpijak pada realitas hidup lingkungannya; realitas hidup konstituen dengan segala masalah dan potensinya. Dan realitas itulah yang ingin diubahnya; ingin ia bentuk-ulang sehingga menjadi lebih baik, lebih maju, lebih berkebudayaan, lebih berkeadilan, lebih sejahtera, lebih berkesesuaian dengan hakikat, harkat, dan martabat kemanusiaan. Singkatnya, lebih sesuai dengan visi sang pemimpin.

Spirit Perubahan

Dalam konteks mikro, sebuah organisasi yang tidak menumbuhkan spirit perubahan adalah organisasi yang masa depannya terancam. Perusahaan yang semangat inovasinya melempem tidak akan bertahan sebagai perusahaan terkemuka dalam jangka panjang. Sebab spirit perubahan dan semangat inovasi adalah sekadar pertanda hadirnya pemimpin dalam organisasi terkait. Tanpa hal itu, pemimpin tidak hadir, tidak eksis. Yang ada hanyalah pejabat, pemangku jabatan. Yang berperan adalah manajer, pengelola yang memuja efisiensi. Yang eksis adalah bos, pemberi instruksi dengan senjata reward and punishment.
Spirit perubahan, yang merupakan hakikat pendidikan sejati, adalah inti dari ”bisnis” pemimpin. Ia menggerakkan orang untuk melakukan perubahan. Entah itu dalam perubahan yang bersifat evolutif-gradual-perlahan; perubahan dengan kecepatan menengah-reformatif-parsial; atau perubahan yang bersifat radikal-revolusioner-total. Entah perubahan untuk membuat sesuatu menjadi lebih besar (bigger), lebih tinggi (higher), lebih baik (better), lebih kuat (stronger), lebih cepat (faster), lebih mudah (easier, friendlier), dan sebagainya. Entah itu menyangkut kinerja produksi, kinerja penjualan dan pemasaran, kinerja keuangan, atau kinerja perusahaan secara keseluruhan, kepuasan konsumen, pertumbuhan pangsa pasar, profit margin, dan sebagainya.
Pembawa Perubahan

Karena perubahan adalah inti bisnis pemimpin, maka menjadi pemimpin berarti bergaul di lingkungan pendobrak status quo (kemapanan). Para pembawa perubahan yang anti kemapanan ini bisa dikelompokkan menjadi empat.

Pertama, orang-orang muda yang baru keluar dari pelatihan. Mereka telah mempelajari sejumlah hal namun belum pernah mempratikkannya. Keluguan dan kurangnya pengalaman justru menjadi keunggulan mereka. Albert Einstein dalam bidang sains, Fred Smith dengan Federal Express, dan Steve Jobs-Steve Wozniak dengan Apple-nya, pernah mewakili kelompok ini.

Kedua, orangtua yang pindah bidang kegiatannya (shifting field). Karena baru pindah bidang, orang-orang model ini belum terkontaminasi dengan apa yang ”bisa” dan ”tidak bisa” dlakukan dalam bidang yang baru dimasukinya. Mereka akan menerobos saja pakem-pakem lama, dan kemudian mencatatkan hal-hal baru. Alex Mueller, fisikawan yang mulai menggeluti super konduktor di usia lanjut; Edward Deming, ahli statistik yang kemudian berkecimpung di dunia manufaktur di usia lanjut, sehingga melahirkan gerakan Total Quality Management (TQM); dan Bill Weimer, sarjana fisika yang beralih rupa dari seorang ahli teknik menjadi ahli pemasaran di IBM; adalah beberapa contoh legendaris dari kepeloporan orang-orang gerusia di atas 40 tahun yang pindah bidang.

Ketiga, orang-orang lama yang nyentrik dan tidak konvensional. Mereka biasanya dikenal karena tidak disiplin, susah diurus, suka mengajukan pertanyaan kepada manajemen. Paul Garvin, pendiri Motorola, membawa radio dari ruang keluarga menjadi radio mobil; Robert Galvin, mengeluarkan Motorola dari bisnis elektronik konsumen lalu memasuki produksi chip terpadu; kedua ayah-anak itu tidak takut menerobos peraturan-peraturan untuk membawa perusahaannya berkembang.

Keempat, pelaksana lapangan. Mereka tidak mengetahui apakah masalah yang mereka hadapi khusus atau generik; mereka hanya tahu bahwa masalah harus dipecahkan agar tugas mereka selesai. Spread sheet elektronik dan sistem switch telepon ditemukan oleh pelaksana lapangan semacam ini.

Jadi, untuk menjadi pemimpin yang membawa perubahan, bergaullah dengan orang-orang muda yang masih fresh graduate; ajak bicara orangtua yang beralih bidang pengabdian; dengarkan pandangan orang-orang nyentrik yang tidak konvensional dalam perusahaan; dan sering-seringlah turun ke bawah untuk berbicara dengan pelaksana lapangan. Semoga.


Andrias Harefa; Penggagas Visi Indonesia 2045; Trainer Coach Berpengalaman 20 Tahun; Penulis 35 Buku Best-seller. Beralamat di www.andriasharefa.com/ dan aharefa@gmail.com. Tulisan ini sudah dimuat di Bisnis Indonesia Minggu edisi 9 Agustus 2009.

Tulisan-tulisan Andrias Harefa sangat bagus, memberikan inovasi pemikiran, dan karena itu saya pikir cukup tepat membaginya kepada teman-teman... terutama mereka yang bergerak di wilayah pendidikan non-formal, juga kawan-kawan yang memerlukan pemberdayaan diri.

Selasa, 10 November 2009

Finally ....

Ya....akhirnya, kami memiliki komputer!!!
Kabar ini dari temen2 di Code, yang mengelola pustaka kampung, perpustakaan komunitas di code utara, bahwa komputer sumbangan dari Australia sudah datang. Yah, senenag sekali rasanya, meski saya pribadi sebagai yang nulis ini belum melihatnya karena lagi di luar jangkauan code utara. Tapi... senang dong. Terimakasih untuk kawan-kawan dari Australia... em, lupa aku namanya... yang sudah mengusahakan bantuan komputer. juga yang dulu telah memberi beberapa buku untuk kami nikmati.

Kami berharap komputer ini memiliki makna yang lebih daripada sekadar kemewahan... artinya, saya pribadi mengharapkan teman2 di luar code untuk berkenan membantu keberlanjutan kegiatan kami di code utara, semisal memberi pelatihan maupun mengawal temen2 muda-mudi code utara agar bisa lebih berkembang.

Sampai saat ini, SDM di code utara sendiri masih belum dikembangkan karena kurangnya dukungan dari pihak-pihak lain yang memiliki kapasitas untuk memberi penguatan kepada kegiatan komunitas di sana. Ok, mari berubah kepada yang lebih baik!!!