Rabu, 08 Desember 2010

LOMBA MENULIS CERITA ANAK 1001buku

[repost dari milis 1001 buku]

Dilatarbelakangi oleh keprihatinan bahwa kemampuan anak-anak dan
remaja dalam menulis sudah semakin mengkhawatirkan, dan banyaknya
kalangan yang mengeluhkan kesulitan bagi anak-anak untuk berimajinasi
atau menuangkan pikirannya ke dalam tulisan, maka 1001buku memulai
mengadakan sebuah kompetisi menulis bagi anak-anak di taman bacaan
yang terdaftar di jaringan taman bacaan anak 1001buku. Lomba ini dapat
dijadikan wahana untuk bereksperimen dalam tulisan, memperkaya
kepekaan dalam mengamati lingkungan, meningkatkan imajinasi kreatif,
dan banyak hal lain untuk digali.

Lomba Menulis Cerita Anak 1001buku yang pertama kali ini diadakan
ketentuan sebagai berikut:

1. Peserta lomba harus merupakan anggota aktif dari sebuah taman
bacaan anak yang terdaftar dan aktif di 1001buku. (Bagaimana jika
kalian belum memiliki taman bacaan? Hayo dirikan taman bacaan di
lingkungan kalian, daftarkan ke 1001buku)

2. Lomba dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu (1) Kelompok usia Sekolah
Dasar, dan (2) Kelompok usia Sekolah Menengah Pertama.
Peserta harus dapat menunjukkan bukti berupa fotokopi kartu pelajar
atau surat keterangan dari sekolah setempat. Bagi mereka yang tidak
mengikuti pendidikan formal, peserta harus dapat menunjukkan fotokopi
akte kelahiran atau kartu tanda pengenal lainnya, dengan usia 6-12
untuk kelompok usia Sekolah Dasar atau usia 13-17 untuk kelompok usia
Sekolah Menengah Pertama. Bukti-bukti ini hanya perlu ditunjukkan dan
dikirimkan jika diminta oleh panitia.

3. Untuk mengikuti lomba ini tidak dipungut biaya. Tiap peserta
diperbolehkan untuk mengirimkan lebih dari satu cerita.

4. Cerita yang masuk tidak dibatasi dengan tema, dapat berupa fiksi
maupun non-fiksi.

5. Tulisan yang masuk belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan
ke lomba lainnya dan akan menjadi milik 1001buku.

6. Cerita ditulis dalam Bahasa Indonesia baku, kecuali dalam dialog
yang mendukung isi cerita. Tulisan harus orisinil dan belum pernah
dipublikasikan di media manapun. Tulisan dapat diketik/dicetak atau
ditulis tangan di atas kertas ukuran A4, dan tidak melebihi 10 lembar.

7. Tulisan dapat dikirimkan melalui email ke
lomba.menulis@1001buku.or.id, atau dikirimkan melalui pos ke Panitia
Lomba Menulis Cerita Anak 1001buku, PO Box 3266, Jakarta 10032.
Tulisan selambatnya dikirimkan pada tanggal 20 Desember 2010.

8. Peserta harus mengisi formulir pendaftaran yang dapat didownload di
situs 1001buku dan menyatakan keaslian hasil karyanya. Jika terbukti
adanya pelanggaran, maka peserta akan didiskualifikasi.

Hasil lomba akan diumumkan selambatnya pada tanggal 10 Januari 2010
(hasil jadwal ulang) melalui situs 1001buku, di
http://www.1001buku.or.id. Hadiah menarik disediakan oleh panitia.

Kategori SD
Pemenang 1 (*)
- 1001buku Award
- Uang tunai sebesar Rp 250.000
- Voucher buku senilai Rp 250.000 untuk taman bacaannya
- Bebas biaya sekolah selama setahun jika tidak mampu

Pemenang 2 & 3 (*)
- Uang tunai sebesar Rp 100.000
- Bebas biaya sekolah selama setahun jika tidak mampu
- Voucher buku senilai Rp 250.000 untuk taman bacaannya

Kategori SMP
Pemenang 1 (*)
- 1001buku Award
- Uang tunai sebesar Rp 250.000
- Voucher buku senilai Rp 250.000 untuk taman bacaannya
- Bebas biaya sekolah selama setahun jika tidak mampu

Pemenang 2 & 3 (*)
- Uang tunai sebesar Rp 100.000
- Bebas biaya sekolah selama setahun jika tidak mampu
- Voucher buku senilai Rp 250.000 untuk taman bacaannya

(*)
Biaya sekolah hanya boleh mencakup biaya SPP, OSIS, Pramuka,
praktikum, buku-buku pelajaran, dan biaya gedung dan totalnya tidak
melebihi Rp 500.000 (SD) dan Rp 1.000.000 (SMP)
Pemenang bisa dinyatakan tidak ada jika ternyata naskah yang masuk
tidak ada yang memenuhi kriteria minimal pemenang dari panitia.

Segala bentuk pertanyaan dan saran dapat dikirimkan melalui email ke:
lomba.menulis@1001buku.or.id.

Ditunggu partisipasi teman-teman..

Jumat, 20 Agustus 2010

Senin, 09 Agustus 2010

Pustaka Kampung di Kompas

Setelah cukup lama publikasi ini dilakukan, akhirnya kami temukan file-nya; 
Berita mengenai Pustaka Kampung di Kompas Jogja
Ini terjadi sudah cukup lama.

Kamis, 24 Juni 2010

Buku bukanlah guru saat kita bukanlah murid

Barangkali sudah sangat biasa kita mendengar orang berkata bahwa buku adalah guru yang baik, yang tak bisa marah pada muridnya. Buku sebagai guru, bagi saya adalah ungkapan tak memiliki makna, kosong, dan malah menjadikan buku seperti mahluk yang kolot karena asosiasi kita pada sosok guru yang terlalu normatif dan selalu ingin menegakkan aturan sekolah. Meskipun, makna guru sejatinya tidaklah seburuk itu, itu hanya berlaku bagi guru sebagai sebuah profesi, sebuah pekerjaan yang dilembagakan bersama yang namanya sekolah. Sekolah pun sejatinya tidak perlu dipandang sebagai institusi pula, sebab kalau demikian yang terjadi, kita hanya akan berada jauh di belakang.


Buku hanya akan jadi guru bagi mereka yang bersedia menjadi murid. Sebagaimana alam akan jadi guru untuk para manusia yang mengambil hikmah/pelajaran darinya. Dan, tak setiap makna di dalam buku sama adanya dengan yang kita tangkap dari pembacaan. Kesediaan kita menjadi murid dari buku tidaklah sama dengan transfer pengetahuan. Murid belajar bukan untuk meniru gurunya, bukan untuk menjadi bayangan dari gurunya, bukan untuk mewarisi ilmu. Murid haruslah seorang manusia bebas yang berkembang dari kreativitas. Makna murid di sini bukan murid dalam pengertian umum, melainkan murid dalam makna penulis sendiri.


Menjadi murid jauh lebih penting daripada kehadiran fisik guru, buku, ataupun gedung-gedung sekolah megah yang didirikan dengan uang pajak. Makna menjadi murid bisa jadi adalah hal yang mungkin terlalu filosofis, berada di ranah kesadaran. Namun, sejatinya pembahasan menjadi murid jauh lebih memiliki arti daripada menjadi guru. Kalaupun di dunia ini banyak profesor, doktor, ahli, dll, semua itu hanyalah sebuah "kepemilikan pribadi" atas ilmu. Bahkan, sekalipun mereka telah menuliskannya di dalam berton-ton kertas, kita masih hanya menyaksikan guru-guru sebagai benda.


Sebenarnya, hal itu juga masih banyak terjadi dalam lingkungan sekolah kita. Tak banyak pandangan filosofis mengenai guru yang bisa mengubah guru-guru tetap sebagai benda, sebagai pekerja, sebagai manusia-manusia layaknya sekian juta manusia lainnya. Kita akan jadi lebih menghargai guru jika kita MERASA menjadi murid. Merasa menjadi murid bukanlah dalam pengertian sesedehana seorang berseragam dan menyalin pelajaran, atau sekadar mencari nilai. Merasa jadi murid adalah semacam spirit untuk mengetahui, mempelajari, memaknai. Dan, dalam pikiran penulis, menjadi murid adalah "tidak mengerti" untuk menjadi "memberi pengertian". Dalam konteks bahasan penulis, buku diletakkan sejajar dengan benda-benda. Karena, benda semacam batu pun telah terbukti menjadi sumber pengetahuan yang sangat berguna bagi umat manusia.


Bersambung, akan dilanjutkan apabila ada kesempatan lagi ....




Kesediaan kita sebagai muridlah yang membuat benda-benda seperti buku menjadi guru. Namun, kesediaan itu tidaklah mudah diperoleh. Bahkan, bagi mereka yang telah mengalami tahun-tahun yang panjang di bangku sekolah, menjadi murid tidaklah memiliki makna lebih daripada sekadar intervensi yang harus diterima dari otoritas sekolah. Karena itu, banyak dari mereka tidaklah belajar, hanya menuntaskan tugas seorang murid dalam pengertian umum. Murid dalam pengertian umum hanyalah benda-benda.

Dengan menjadi murid, dalam pengertian yang lain atau yang saya maksud dalam tulisan ini, adalah jalan untuk membongkar peran angker sekolah dalam pembangunan. Saya sebenarnya amat jengah dengan pemujaan atas peran sekolah, yang hanya sebagai sebuah tren. Bagi seorang murid, sekolah hanyalah sekat yang membatasi dunia dengan dirinya. Mengapakah kita harus menerima hal-hal yang ada ini sebagai biasa dan normal, sedangkan segala sesuatu tidak ada yang aneh?

Banyak manusia di dunia ini yang sebenarnya sudah memberi contoh mengenai menjadi murid itu. Carilah, karena pencarian itu penting.

(Orang asing di surga)








Senin, 21 Juni 2010

satu minggu yang berbuku-buku (Workshop Bersama Jaringan 1001 Buku)

 Hai, kawan! Sudah baca buku apa hari ini?

Kami, pada Minggu 20 Juni 2010 sudah ikut kegiatan workshop yang diadakan oleh jaringan perpustakaan anak 1001 Buku di Jakarta. Hari itu, mereka membagi ilmu tentang pengelolaan taman bacaan. Ada banyak pengetahuan yang mungkin bisa kami terapkan di Pustaka Kampung. Ada mas Gendon dari sebuah taman bacaan di lereng Merapi, Magelang, yang membagi pengalamannya mengelola taman bacaan gratis. Menarik sekali, mereka menggunakan sistem pelayanan terbuka 24 jam tanpa penjaga. Padahal, taman bacaan itu terletak terpisah dari rumah penduduk dan ruangnya benar-benar terbuka karena meminimalisir dinding. Kejujuran sangat diutamakan dan telah jadi praktik hidup masyarakat di sana. Mengagumkan. Kalau hal seperti itu diterapkan di Pustaka Kampung, bagaimana ya hasilnya? Mungkin, dalam beberapa bulan sudah akan terlihat hasilnya. Buku-buku habis, meja hilang, karpet pindah tangan... huuuu... ya belum tentu dong. 

Tapi, kami bisa belajar bagaimana merancang fleksibilitas pengelolaan taman bacaan. Ini mengingat keterbatasan sumber daya yang dimiliki Pustaka Kampung sendiri. Setelah beberapa pengelolanya hengkang ke jagad antah berantah, saat ini diperlukan orang-orang selayaknya Spiderman, yang siap menolong apabila ada cewek can... eh, maaf salah... orang yang siap membantu anak-anak dalam memenuhi kebutuhan membaca buku. Namun begitu, kawan-kawan di Code Utara tak perlu lagi mengharapkan bantuan tenaga dari luar, karena sebenarnya anak-anak di Code pun bisa menjadi pengurus. Bayangkan, Pandu yang kutu buku pasti senang menjadi penjaga di sana ditemani Bayu, Sevia, Fikri, dan kawan-kawan yang lain. Yak, ini sudah lama kami pikirkan, bahwa anak-anak perlu difasilitasi untuk jadi Pustakawan Kecil. Sudah saatnya anak-anak membuat perubahan!!

Oke, baru ini yang bisa kami tulis, lain kali akan kami tuliskan tulisan yang lain dari tulisan yang kami tulis ini!!! He he he he


Senin, 14 Juni 2010

Hai... apa yang kau baca hari ini? Ayo, ceritakan padaku?


selamat malam...
Hai... apa yang kau baca hari ini? Ayo, ceritakan padaku?

Hmm... mungkin saya, saudara, dan kawan-kawan tidak pernah bertanya hal-hal seperti itu pada anak-anak, pada remaja, atau bahkan pada teman sendiri. Kita barangkali enggan menggunakan sapaan yang mengandung kata buku di dalamnya karena sadar diri kita sendiri tidak membaca buku. Tapi, sekali kita mencobanya, kita telah membuka dua kunci sekaligus. Tidak percaya? Cobalah bertanya pada anak kecil. Kalau mereka tidak membaca buku hari ini, besok mereka yang terngiang dengan sapaan kita, akan memikirkan mengenai buku dan berusaha sekali dua kali membukanya. Sedangkan kita, yang menyapa demikian meski kita tidak membaca, akan terngiang pula dengan sapaan jenis baru yang kita buat. Karena hal baru, kita akan lebih mudah mengingatnya. Dan, kata buku bisa memicu kita untuk, setidaknya menyentuh buku, membolak-baliknya, dan semoga mulai membaca, setidaknya judul...

Heh... Itu barangkali langkah sederhana, sangat sederhana, untuk memicu dan memacu orang lain, terutama anak-anak untuk mulai mengakrabi buku. Namun, disamping dengan pancingan sapaan tersebut, kita juga mesti menyediakan buku di sekitar kita, di sekitar anak-anak, agar mereka tidak asing dengan benda "buku" itu. Yak, buku-buku cerita, komik, buku bergambar, majalah anak, bisa jadi saluran yang baik bagi anak bertumbuh dalam kultur baru yang lebih sehat dan cerdas. Kita tidak tahu tantangan apa di masa depan, tapi kita bisa sejak dini mempersiapkan diri dengan pengetahuan. Itu praktisnya. Saya sendiri, memandang buku dan membaca bukan untuk menghadapi masa depan. Rugi. Kenapa? Karena kitalah yang akan membentuk masa depan. Jadi, membaca adalah salah satu cara untuk membentuk masa depan kita sendiri, karena kita mesti hidup di bawah kendali kesadaran pribadi, bukan untuk dikendalikan orang lain.

Selamat berubah...

salam pustaka code!!

Selasa, 09 Februari 2010

TJS: MYT


Andrias Harefa tetap tokoh panutan dalam dunia pembelajar. Meski barangkali ada beberapa yang tidak sesuaidengan kita, apa yang telah ditelurkan dalam gagasan-gagasannya, yang mungkin tidak orisinil tapi sangat membantu dan bermakna bagi kehidupan pribdai kita. Kali ini saya ambil tulisannya untuk mengisi kekosongan di blog kami ini.

Terus terang, kami tidak pernah minta ijin untuk tiap tulisannya yang kami muat ulang. Di sini kami tidak punya maksud komersiil, jadi kiranya, menurut perasaan kami, ini bukan soal besar.
Kali ini tulisan beliau yang kami "curi" adalah:

TJS: MYT



Mari berbincang soal TJS: Tiga Jurus Sukses. Ini resep cespleng yang saya terima dari seorang kawan yang bermurah hati mau mengajar saya. Katanya, ia sudah membaca ribuan buku mengenai sukses. Dan saya percaya. Ketika saya berkunjung ke kediamannya, ia dengan bangga menunjukkan kepada saya perpustakaan pribadinya yang penuh dengan buku-buku tebal dalam jumlah ribuan. Ada yang nampak sudah lusuh betul dan penuh debu tanda lama tak tersentuh. Ada juga yang masih terbungkus rapi, belum sempat dibuka.

Saya percaya bahwa apa yang diajarkannya kepada saya tidak saja bersumber dari buku-buku itu, tetapi juga dari ratusan seminar dan pelatihan yang pernah ia ikuti. Ia belajar dari guru-guru sukses terbaik di Indonesia, di Asia, di Amerika, dan bahkan dari belahan dunia lainnya. Obsesinya untuk meraih sukses dan menjadi lebih sukses dan terus sukses telah membuatnya menginvestasikan ratusan juta tiap tahun untuk berguru dari orang-orang terbaik. Ia mengatakan kepada saya, bahwa tiga jurus sukses yang akan diajarkannya langsung kepada saya itu, merupakan kesimpulan dan ringkasan dari semua ajaran sukses yang pernah ada di muka bumi. Ia juga mengatakan bahwa untuk sampai pada kesimpulan bahwa hanya perlu tiga jurus untuk sukses, ia telah membayar puluhan ribu dolar selama bertahun-tahun. Luar biasa, bukan?

Kepercayaan saya akan keluarbiasaan ajaran yang bakal ia curahkan kepada saya semakin tebal melihat hidupnya sendiri yang memang addakaddabra bin simsalabim. Dari manusia yang bukan siapa-siapa, ia menjadi orang yang dikenal siapa-siapa. Dari orang biasa-biasa saja, ia menjadi X-O-P, extra ordinary person. Dari orang kampungan, ia kemudian bisa membeli kampung-kampung orang lain. Maka saya memutuskan untuk mendengarkannya dengan takzim. Telinga saya terpasang awas. Mata saya tak mau lengah. Segenap pikiran berkonsentrasi untuk mendapatkan resep yang aduhai ini.
Tiga jurus yang diajarkannya itu disingkat MYT: Mimpi-Yakin-Tekun.

Jurus pertama, mimpi. Belajarlah untuk bermimpi. Ini pelajaran fundamental paling penting. Ingat, hanya manusia yang bisa bermimpi. Kambing tak bermimpi. Anjing tak bermimpi. Kucing tak bermimpi. Singa, harimau, buaya, sapi, dan keledai, juga tak bermimpi. Pokoknya, flora dan fauna tak bisa bermimpi. Itu sebabnya tak ada kambing sukses, yang ada kambing congek. Tak ada kucing sukses, yang ada kucing garong. Tak ada buaya sukses, yang ada buaya darat. Tak ada sapi sukses, yang ada sapi perah. Pendek kata, meskipun binatang juga bisa tidur seperti manusia, tetapi mereka tidak mampu bermimpi.

Daftar impian atau buku impian atau apapun yang merekam mimpi manusia, sangatlah penting. Mau disebut cita-cita, tujuan, sasaran, target, outcome, atau apapun, terserahlah. Intinya sama, kalau mau sukses bermimpilah, bercita-citalah yang besar. Keluarlah dari penjara kenyataan, dan berkelanalah di dunia bidadari. Kalau Anda bisa melakukan itu, maka Anda sudah menguasai 33,33% dari ilmu sukses tiga jurus yang diajarkan kawan saya.

Jurus kedua: yakin. Yakin atas apa? Yakin atas kemungkinan membuat impian itu bisa menjadi nyata. Kawan saya bilang, tak ada kekuatan di jagat raya ini yang mampu menyaingi kekuatan keyakinan alias kepercayaan. Jika impian bertalian dengan mind power, maka keyakinan berkaitan dengan heart power. Dan kedua hal ini merupakan inti dari man power. Penjelasannya yang singkat ini membuat saya terperangah. Ia bicara tentang kekuatan hati, kekuatan yang mampu melahirkan keikhlasan. Wow! Benar-benar mencengangkan.

Sekarang jurus ketiga, jurus terakhir: tekun. Bertekunlah dalam setiap usaha merealisasikan impian yang sudah diyakini itu tadi. Tidak ada yang namanya kegagalan, yang ada hanyalah umpan balik untuk pembelajaran. Pelajari umpan balik, ambil hikmahnya, lalu maju lagi. Coba lagi. Jangan pernah menyerah. Terapkan itu dalam masa-masa paling sulit. Ketekunan adalah body power, kekuatan tubuh. Ia melengkapi mind power, dan heart power. Dengan ketekunan semuanya menjadi three-in-one. Luar biasa! Saya berdecak-decak kagum sampai ileran dibuatnya.

Sebagai bonus sukses tiga jurus, kawan yang hebat ini berjanji akan mengajarkan saya resep cespleng lainnya. Yang ini pun tak kalah dahsyat, katanya. Konsep bes-ebes-ebes, namanya. Di artikel edisi berikut ya?!

Nah, sambil menunggu resep berikutnya, praktikkan dulu resep MYT kali ini.

Mantaplah!

Andrias Harefa; Mindset Therapist, Penulis 35 Buku Best-seller, Trainer/Speaker Coach Berpengalaman 20 Tahun. www.andriasharefa.com



Rabu, 03 Februari 2010

Belajar membutuhkan keikhlasan menjadi murid

Selamat Datang, Selamat menikmati beberapa hidangan... namun, dengan sangat menyesal, kami hanya bisa menyajikan beberapa hal yang ringan dan memberi semangat. Di bawah ini ada beberapa tulisan atau artikel menarik yang kami kira akan membantu teman-teman dalam memotivasi diri sebagai pembelajar. Satu dan lainnya tidak berkaitan. Tidak seluruhnya adalah sesuatu yang bermanfaat bagi Anda, tapi pilah saja yang sesuai.
Saya sendiri tidak yakin bahwa makanan bergizi bisa membuat semua orang lebih sehat, tapi bagi mereka yang mau mengonsumsinya dengan cara yang benar, saya kira itu sudah sangat bermanfaat.

http://web.bisnis.com/kolom/2id2767.html Motivasi Tiada Henti: Mengapa kita selalu perlu motivasi.

http://web.bisnis.com/kolom/2id2765.html Lima Prinsip Kepemimpinan

http://web.bisnis.com/kolom/2id2745.html Bijak Bersama Organisasi

Sementara tiga dulu....