Kamis, 15 Oktober 2009

Resensi buku: Pope Joan

resensi buku

buku_pope_jone


Pope Joan, buku yang luar biasa. Pertama kali saya melihat buku ini di antara buku-buku yang berserakan pada sebuah kios bazar buku di Medan, saya langsung tertarik dengan judulnya. Pope Joan, Paus Joan. Apa maksudnya? Kemudian saya baca sampul belakangnya dan beberapa pujian yang didapatkan atas buku ini. Luar biasa, menarik! Kisah tentang seorang perempuan pada abad 8 hingga 9 M yang kemudian takdir membawanya pada posisi kepemimpinan tertinggi kerajaan kekristenan. A woman?

Saya membagi buku ini menjadi tiga bagian. Di penggal pertama buku ini mengisahkan tentang kehidupan pribadi seorang Joan sejak bagaimana ia lahir hingga berbagai kesulitan hidup yang ia dapatkan hanya karena ia seorang ‘perempuan’. Pada masa itu, abad ke 8 M, kedudukan perempuan begitu nista dan hinanya di mata masyarakat terutama laki-laki. Perempuan tidak diperbolehkan membaca dan menulis. Begitu pun berbagai mitos-mitos tentang perempuan, bahwa kelahiran seorang anak perempuan adalah hukuman bagi dosa-dosa orang tuanya. Saya jadi teringat hal ini mirip sekali dengan zaman jahiliyah di Mekkah dulu. Padahal agama kristen di masa Joan hidup itu sudah begitu luasnya tersebar hampir di seluruh Eropa. Kaum ‘kafir’, begitu para orang-orang kristen menyebutkan orang-orang Pagan dan diluar iman kristen, digiring untuk memeluk iman kristen dengan segala cara. Pedang, perang, dan sebagainya.

Saya akui, saya sangat terpesona dengan kisah Joan di masa kecil hingga remajanya. Ia memiliki tekad yang begitu kuat dalam belajar (secara sembunyi-sembunyi tentunya) hingga ia berhasil masuk di schola (sekolah) untuk para akademisi dan imam. Gaya penulisan sang penulis mengisahkan penggalan pertama ini begitu detil dan hidup, seakan kita memasukin zaman di mana Joan hidup.

Penggal kedua mengisahkan bagaimana pergolakan politik dan situasi kerajaan Roma dan sekitarnya. Perang demi perang, kekejaman demi kekejaman, semua bersatu dalam deretan peristiwa-peristiwa sejarah yang berkaitan. Dalam hal ini, beberapa bagian dikisahkan secara cepat dan tidak detil. Menurut saya, mungkin agar pembaca tidak bosan. Tetapi bagi saya pribadi, seperti semacam deskripsi singkat sejarah, yang hampir saja saya lewatkan untuk membaca karena ada rasa enggan dan malas membaca gaya penulisan seperti itu. Tetapi agar memahami alur cerita, saya pun membacanya juga.

Pada bagian ketiga, mengisahkan kehidupan Joan di Roma. Di sinilah puncak prestasinya dalam hidup akan tertulis. Meskipun sebelum itu, Joan sudah mencapai tingkat prestasi yang hebat dan tinggi dalam dunia akademisi dan keagamaan. Menyamar sebagai laki-laki dan kecerdasannya yang luar biasa pada ilmu pengetahuan, kebijaksanaan, dan dunia pengobatan, membawanya menjadi seorang Paus. Paus Perempuan, yang selama ribuan tahun keberadaannya tidak diakui bahkan sengaja dihilangkan dari sejarah karena dianggap sebagai penghinaan dan dosa besar.

Novel ini pun mengisahkan pula sisi perasaan Joan sebagai perempuan. Ia merasakan cinta, kasih sayang, dan perasaan menjadi seorang calon ibu bagi anak yang diperolehnya dari seorang Gerold, laki-laki yang menjadi pelindungnya. Tetapi mereka akhirnya harus berakhir di sebuah penutup yang begitu menyedihkan, saya sendiri sampai menangis karena itu.

Tidak bisa dipungkiri, ada beberapa kisah yang diceritakan dengan cukup vulgar dengan maksud untuk tidak mengurangi pesan moral cerita. Begitu pun tentang terkuaknya rahasia besar para Paus dan imam-imam gereja pada masa itu yang terlibat skandal seks yang tidak layak, dalam bahasa mereka disebut sebagai salibat. Joan begitu menentangnya. Saya rasa sebagai seorang dewasa, pembaca harus bisa memaknainya sebagai sesuatu yang positif agar bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut.

Penulis pun menambahkan di bagian akhir tentang fakta-fakta sejarah, berikut segala data-data yang berkaitan dengan eksistensi Joan. Bahkan menyebutkan pula sumber-sumber sejarah dan sebagainya.

Secara keseluruhan, menurut saya novel ini sangat luar biasa. Bagus dibaca untuk mengetahui apa dan bagaimana sejarah dunia kristen pada masa itu yang sangat bertolak belakang. Dan bagaimana pesan moral yang ingin disampaikan penulis tentang kedudukan perempuan atas kaum lelaki, bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam pendidikan, sosial, dan kemasyarakatan. Pada masa itu, semua hal tersebut menjadi sesuatu yang berdosa, tetapi tidak bagi Joan yang telah mampu menembus batas. Secara ekstrem penulis menggambarkan kesetaraan gender dalam buku ini, tentang sejajarnya laki-laki dan perempuan menjadi Paus. Hmm…menurut saya ini sesuatu yang kontroversial pastinya.

diambil dari http://pustaka-ebook.com/pope-joan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar